Bullying adalah tindakan di mana satu orang atau lebih mencoba untuk menyakiti atau mengontrol orang lain dengan cara kekerasan, baik fisik maupun verbal. Seringkali bullying terus terjadi di sekolah dasar hingga perkuliahan. Menurut Alodokter, efek dari bullying mampu membuat korban menjadi depresi hingga dewasa, rendah diri, cemas dan tidak percaya diri. Lalu mengapa bullying kerap kali terjadi? mari kita bahas..
1. Seseorang yang Bertanggung Jawab Seringkali Menganggap Bullying sebagai Sebuah Candaan
Seringkali orang yang bertanggung jawab seperti guru atau karyawan setempat melihat bullying terhadap seseorang adalah bagian dari candaan dan tidak dianggap serius. sehingga hanya menegur tanpa adanya hukuman yang membuat pelaku jera.
2. Pelaku Bullying Seringkali Tidak Menyadari Perilakunya
Pelaku bullying seringkali merasa yang dilakukannya adalah sebuah gurauan. Padahal, korban sama sekali tidak merasa senang dengan perilaku tersebut. Ironisnya, Semakin korban marah, semakin dicemooh. Lalu korban dicap sebagai seseorang yang mudah tersinggung atau sering kita sebut baperan. Nyatanya, pelaku pun tidak merasa senang ketika yang katanya "gurauan" itu berbalik padanya.
3. Korban Bullying Cenderung Terlihat Lemah Korban bullying cenderung takut dan tidak tegas melawan pelaku ketika dibully. Sehingga pelaku semakin "gemas" untuk terus membully korban. Atau bahkan bisa terjadi ketika orang tua korban sering memarahi dan menyalah-nyalahkan korban yang membuat korban merasa dibully adalah hal yang wajar terjadi padanya.
4. Korban Bullying Terlihat "Berbeda" dari Teman-Temannya
Kesimpulannya, untuk menuntut orang lain agar tidak membully kita itu sulit dan cenderung mustahil. Maka yang bisa kita lakukan adalah merubah respon kita terhadap pelaku bullying. Dengan menginstropeksi diri hal aneh apa yang menyebabkan kita dibully, dan apakah kita membuat seluruh kelas kesal. Tentunya tidak bisa dilakukan secara sekaligus, tetapi perlahan. Ketika kita sudah yakin apa yang kita lakukan sudah benar dan tidak aneh dengan teman-teman yang lain tapi tetap dibully, langkah selanjutnya adalah kita harus tegas melawan untuk menunjukan bahwa kita patut dihargai seperti teman lainnya.
3. Korban Bullying Cenderung Terlihat Lemah Korban bullying cenderung takut dan tidak tegas melawan pelaku ketika dibully. Sehingga pelaku semakin "gemas" untuk terus membully korban. Atau bahkan bisa terjadi ketika orang tua korban sering memarahi dan menyalah-nyalahkan korban yang membuat korban merasa dibully adalah hal yang wajar terjadi padanya.
4. Korban Bullying Terlihat "Berbeda" dari Teman-Temannya
Seringkali kita hanya melihat dari sisi pelakunya saja, tanpa melihat dari sisi korban. Tahukah anda, bullying bisa
terjadi karena korban memiliki hal yang aneh dibanding teman-temannya.
Bisa dalam penampilan, cara korban bersosial, sering menyendiri atau bahkan korban
cenderung menyebalkan. Hal
ini bisa terjadi ketika korban sejak anak-anak tidak dibiarkan
bersosial dengan teman-temannya dan cenderung dirumah. Sehingga
cenderung tidak mengetahui peraturan-peraturan sosial pada umumnya.
Karena perilaku anehnya tersebut sehingga memancing pelaku untuk membuat
lelucon kepada korban yang berujung bullying.
Kesimpulannya, untuk menuntut orang lain agar tidak membully kita itu sulit dan cenderung mustahil. Maka yang bisa kita lakukan adalah merubah respon kita terhadap pelaku bullying. Dengan menginstropeksi diri hal aneh apa yang menyebabkan kita dibully, dan apakah kita membuat seluruh kelas kesal. Tentunya tidak bisa dilakukan secara sekaligus, tetapi perlahan. Ketika kita sudah yakin apa yang kita lakukan sudah benar dan tidak aneh dengan teman-teman yang lain tapi tetap dibully, langkah selanjutnya adalah kita harus tegas melawan untuk menunjukan bahwa kita patut dihargai seperti teman lainnya.
Comments
Post a Comment