Hari Penantian itu datang juga
Ini
adalah hari yang luar biasa bagi Ardhito. Hari ini, Ardhito merayakan wisudanya sebagai seorang dokter. Acara kali ini sangat
amat meriah. Karena, wisuda adalah hal yang paling ditunggu-tunggu mahasiswa
selama ini. Tiba-tiba ada yang memanggil Ardhito dari kerumunan.
“DHIT! Sini
poto!”
“Ehiya Jo!”
Ardhito sambil melambaikan tangan.
“Lama bet lu
kaya kukang!” Gerry ikut mengajak Ardhito.
“Hahahahah
maap ya lama, dasar kadal bunting” Ardhito ikut bergurau.
“Cissss!”
*Cekrek*
Joe, Gerry
dan Ardhito. Mereka bersahabat sejak pertama kali masuk kuliah. Mereka menyebut
geng mereka dengan nama The Trouble
Makers. Mereka saling tolong
menolong satu sama lain. saling mencontek saat ujian, bolos kelas bersama hingga
ikut berkelahi ketika salah satu dari mereka diajak berantem dengan fakultas
tehnik mesin di kampusnya. Berkelahi adalah passion
mereka. Joe bertanya pada Ardhito.
“Dhit, lo
masih sama Jessica?”
“Yoi,
bahagia banget gue masih sama dia selama ini”
“Lo yakin
sama Jessica?”
“ha? Kok lo
ngomong.. “ Ardhito belum menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba ada seseorang
yang datang.
“DHIT!”
“Ehiya baby, akhirnya kita bisa lulus sama-sama
yaa. Senangnyaa” Ardhito sambil memeluk Jessica dengan mesra.
“Iyaa, I love you beibb” kepala Jessica bersandar
di pundak Ardhito.
Dia
adalah Jessica. Kekasih Ardhito. Mereka sudah bersama hingga 7 tahun lamanya.
Ardhito sangat menyayangi Jessica. Ardhito benar-benar tulus mencintai Jessica.
Ardhito selalu menjaga hati Jessica. Ardhito tidak ingin melukai sedikitpun
hati Jessica.
“Ebuset ada
yang mesra banget ini. Btw nanti kalian mau lanjut kemana abis ini?” tanya
Gerry.
“Hahahaha.
Gue sama Jessica ngambil beasiswa Ger yang ngewajibin kita abis lulus langsung
kerja di rumah sakit ibu dan anak di depok. Selama 5 tahun.” jawab Ardhito.
Karena
Ardhito dan Jessica mengambil beasiswa dari rumah sakit di depok, mereka
diwajibkan untuk bekerja di rumah sakit tersebut selama 5 tahun. Ardhito sangat
senang. Sehingga Ardhito dapat terus bertemu dengan Jessica walaupun sudah
bekerja.
“Wah
keren-keren, barengan terus dong lo. Semoga sukses terus lo berdua!”
“Aamiin. Ger,
Jo gua cabut dulu ya” Ardhito ingin
merayakan kelulusan bersama dengan Jessica
“ciaaah elo
mah pacaran mulu” Joe bergurau kepada Ardhito
“Hahahaha
sama temen-temen kan udah. Sekarang giliran sama cewe gue”
“yaudah
ati-ati Dhit!”
“Yaa sampai
ketemu lagi ya joe! Gerry!”
“Yoo bye!”
balas Joe dan Gerry.
Ardhito
dan Jessica pergi ke suatu tempat makan yang mewah dimana mereka berdua selalu makan
ditempat tersebut di jam istirahat saat mereka kuliah. Yaitu, bernama warteg
biru.
“pesen gih Dhit,
aku nasi setengah sama telor balado”
“siap
nyonya”
Ardhito memesan makanan untuk dirinya dan Jessica.
“Silahkan
dinikmati” Ardhito menyajikan ke Jessica bak putri raja.
“Hahahahah
apasih Dhit”
“Jes”
“Ya?”
“Aku sering
banget ngebayangin kalo kita udah berkeluarga. Punya anak kecil. Pasti seru dan
gemesin banget ya”
“Hm” Jessica
memasang muka datar sambil mengunyah makanan.
“Setiap aku
ngomong tentang pernikahan pasti kamu bete” Ardhito sambil menyeruput es teh
manis.
“Aku ga bete
Ardhitoo, aku lagi makan. Apasih.”
“Aku kan cuma
mau mengekspresikan kesenangan aku sama kamu, emangnya gaboleh ya?”
“Tau ah, Aku
lagi makan. Jangan diajak ngomong terus.”
“iyaiya”
Ardhito mengalah.
Setelah
selesai makan, mereka pun masuk ke mobil dan Ardhito bergegas untuk mengantar
Jessica pulang terlebih dahulu. Disuatu hari, Ardhito melihat boomerang di story Instagram Joe. Yang
sedang bersama dengan Jessica. Tiba-tiba handphone
Ardhito berdering.
*tutt*
Ternyata Jessica Menelpon
“Halo Dhit.”
“Iya sayang,
kenapa?”
“Ini aku
lagi keluar sama Joe, buat nyari buku Kedokteran gitu. Katanya dia tau tempat buku yang murah”
“Ohgitu
yaudah kamu hati-hati ya dijalan.”
“Oke sayang”
Jessica menutup telfonnya.
Sebenarnya
Ardhito orangnya mudah cemburu dengan lelaki yang dekat dengan Jessica. Tapi,
Ardhito sangat percaya dengan Joe. Serta Joe memang sering membeli buku-buku
kedokteran. Lagipula, Ardhito dan Joe memiliki hubungan persahabatan yang
sangat dekat. Sehingga, perasaan cemburu itu tidak muncul sama sekali di benak
Ardhito. Untuk apa mencurigai sahabat sendiri. Ardhito dan Jessica sudah bekerja
tiga bulan di rumah sakit tersebut. Kebetulan, Ardhito dan Jessica bekerja di ruangan
yang sama. Tapi, semakin hari sifat Jessica semakin aneh kepada Ardhito.
“Kamu langsung
pulang kan? Pulangnya bareng aku aja beb.” Ardhito menawarkan kepada Jessica
“Aku gabisa.
Aku lembur malam ini. Aku harus nulis laporan.” Jessica memasang muka datar
“Hmm oke deh
kalo gitu. Yaudah nanti malem kita telfonan ya!”
“Aku kalo
nyampe rumah udah cape. Bawaannya pengen langsung tidur aja.” lagi-lagi Jessica
memasang muka datar.
“Yahh
yaudahdeh, aku pulang duluan ya baby.
Semangat lemburnya!”
“Iya Dhit.”
Jessica
belakangan ini sering mengambil lembur. Alasannya sih, ingin dapet bonus. Katanya,
Jessica sedang mengmpulkan uang untuk membeli barang. Mungkin kado untuk Ardhito.
Karena, sebentar lagi Ardhito kan ulang tahun. Ardhito semakin sayang dengan
Jessica. Suatu hari, ketika jam sudah menentukan waktu pulang, Ardhito berpas-pasan
dengan Joe di lobby rumah sakit.
“weh bro!
apa kabar? Tumben kesini?” Ardhito bertanya
“Baik-baik. Iya
nih, ibu gua lagi di terapi okupasi. Jadi gue nungguin. Lo ga bareng Jessica?”
“Ohalah
semoga cepet sembuh ya ibu lo. Iya, dia mau lembur katanya. Jadi gua pulang
sendiri”
“Oh gitu yaudah gua duluan ya Dhit, ibu gua
udah nungguin soalnya”
“Oke siap
bro! Bye!” Ardhito melambaikan tangan.
“yoi Dhit!”
Sebelum
pulang Ardhito mampir ke kantin terlebih dahulu untuk memesan sate terlaris di
rumah sakit tersebut. Biasanya Ardhito makan di dekat rumahnya karena lebih
murah. Tapi, kali ini karena Ardhito tidak makan siang sehingga perutnya sangat
lapar. Terpaksa Ardhito makan di rumah sakit. Setelah selesai, Ardhito mencari
mobilnya di parkiran untuk bergegas pulang. Tepat saat Ardhito ingin
menghidupkan mobilnya, Ardhito melihat suatu hal. Ardhito melihat Jessica
keluar dari pintu utama. Ardhito ingin keluar dari mobil lalu mengajak Jessica pulang
bersama.
Tapi, tidak biasanya Jessica tertawa terbahak-bahak seperti itu entah dengan siapa. Padahal siang tadi Jessica terlihat cemberut kepada Ardhito. Tiba-tiba ada Joe dibelakang Jessica yang juga sedang tertawa. Joe dan Jessica berjalan mengarah ke parkiran. Tapi, Ardhito tidak melihat ada ibu Joe saat itu yang katanya ingin menjemput ibunya yang sedang terapi okupasi dan Ardhito teringat bahwa Jessica bilang ingin lembur saat itu. Ardhito merasa semuanya tidak beres.
Ardhito mengurungkan diri untuk mengajak Jessica pulang. Karena Joe dan Jessica semakin dekat dengan mobilnya Ardhito, Ardhito langsung tancap gas untuk pulang agar tidak ketahuan. Sepanjang jalan, Ardhito mulai timbul pikiran-pikiran negatif. Ardhito merasa Jessica sering cemberut saat ini karena Jessica sedang dekat dengan Joe. Tapi saat pikiran-pikiran negatif itu muncul, Ardhito berusaha melawan pikirannya. Bahwa, tidak mungkin Joe sejahat itu dengan Ardhito.
Karena Ardhito juga sayang dengan sahabat-sahabatnya. Saat malam hari, pukul 12 malam Ardhito berusaha menenangkan diri dikamarnya sambil melihat-lihat Story Instagram. Ardhito sangat amat syok serta keringatnya seketika bercucuran. Joe membuat Story Instagram di kamar hotel. Di story tersebut Tidak terlihat dengan kekasihnya, Jessica. Tapi, Ardhito sudah tidak bisa lagi berpikiran positif lagi. Ada kemungkinan yang sangat besar Joe bersama dengan Jessica di kamar hotel tersebut. Berdasarkan kejanggalan-kejanggalan sore tadi. Keesokan harinya di jam istirahat, Ardhito berniat untuk tidak makan siang.
Tapi, tidak biasanya Jessica tertawa terbahak-bahak seperti itu entah dengan siapa. Padahal siang tadi Jessica terlihat cemberut kepada Ardhito. Tiba-tiba ada Joe dibelakang Jessica yang juga sedang tertawa. Joe dan Jessica berjalan mengarah ke parkiran. Tapi, Ardhito tidak melihat ada ibu Joe saat itu yang katanya ingin menjemput ibunya yang sedang terapi okupasi dan Ardhito teringat bahwa Jessica bilang ingin lembur saat itu. Ardhito merasa semuanya tidak beres.
Ardhito mengurungkan diri untuk mengajak Jessica pulang. Karena Joe dan Jessica semakin dekat dengan mobilnya Ardhito, Ardhito langsung tancap gas untuk pulang agar tidak ketahuan. Sepanjang jalan, Ardhito mulai timbul pikiran-pikiran negatif. Ardhito merasa Jessica sering cemberut saat ini karena Jessica sedang dekat dengan Joe. Tapi saat pikiran-pikiran negatif itu muncul, Ardhito berusaha melawan pikirannya. Bahwa, tidak mungkin Joe sejahat itu dengan Ardhito.
Karena Ardhito juga sayang dengan sahabat-sahabatnya. Saat malam hari, pukul 12 malam Ardhito berusaha menenangkan diri dikamarnya sambil melihat-lihat Story Instagram. Ardhito sangat amat syok serta keringatnya seketika bercucuran. Joe membuat Story Instagram di kamar hotel. Di story tersebut Tidak terlihat dengan kekasihnya, Jessica. Tapi, Ardhito sudah tidak bisa lagi berpikiran positif lagi. Ada kemungkinan yang sangat besar Joe bersama dengan Jessica di kamar hotel tersebut. Berdasarkan kejanggalan-kejanggalan sore tadi. Keesokan harinya di jam istirahat, Ardhito berniat untuk tidak makan siang.
“Kamu ga
makan siang beb?” Jessica bertanya kepada Ardhito.
“… … … Engga”
Ardhito menatap mata Jessica beberapa detik sebelum menjawab.
“Aku makan
siang dulu ya”
“Iya”
Betul
saja, handphone Jessica tertinggal.
Ardhito mengambil handphone Jessica.
Ardhito berharap ramalan-ramalan buruk Ardhito salah, keliru dan tidak tepat. Saat
membuka WhatsApp, ada pesan masuk
dari Joe. Sepertinya chat Joe sering dihapus oleh Jessica. Karena hanya ada
chat hari ini saja. Yang berisi..
Jessica:
Makasih Joe, Permainan mu semalam sangat hebat.
Joe: Hahahah
Iya dong. Emangnya Ardhito, Cowo pengecut.
Jessica:
Kamu cowo yang ter-the best deh
pokoknya. I LOVE YOU JOE :*
Ardhito
semakin syok. Ardhito tidak ingin melanjutkan chatnya lagi. Tanpa dia sadari, handphone Jessica terjatuh ke lantai.
Hingga layarnya pecah. 10 menit kemudian, Jessica seperti terburu-buru kembali
untuk mengambil handphonenya karena
tertinggal.
“Loh kok hape
aku layarnya pecah. Beb, layar hape aku kok pecah???” Jessica kebingungan
“… Tadi … OB
… rapih-rapihin barang diatas meja. … trus kesenggol” Ardhito mengeles.
“Yah beib.
Tolong servisin dong, aku gabiasa servis hape”
“Servis
sendiri.” Ardhito bicara dengan tegas.
Lalu,
Ardhito menelpon Gerry.
“Gerry, si brengsek
Joe gaberes.”
“Tunggu-tunggu,
kok lo ngomong gitu kenapa?”
“Lo liat kan
story Joe semalem di hotel? Itu sama cewe gua, Jessica.” Ardhito terlihat
sangat emosi.
“HAH? SI JOE
TEMEN KITA KAN?”
“Iya, mau
gua abisin dia di toilet rumah sakit pas pulang kalo ketemu.”
“DHIT! DHIT!
HALO!? HALO?!” Ardhito sudah mematikan telponnya.
Jam
pulang pun tiba. Ardhito melihat Joe dari jendela lantai dua yang ingin masuk
ke lobby. Jessica menghampiri Ardhito.
“Beib …”
“Hari ini
kamu lembur. Iya kan?”
“Iya, kok
kamu tau?”
“kayanya
hari ini kamu ga jadi lembur.”
“kok gitu?”
Ardhito
langsung pergi ke lantai dasar. Untuk menghampiri, Joe. Ardhito bertemu Joe di
lobby. Joe menyapa Ardhito
“Eh dit lo …”
“Mau jemput
ibu lo yang lagi terapi okupasi ya?” Ardhito memasang muka datar.
“Eh.. Hmm
iya dhit soalnya jadwalnya hari ini”
“Ada suatu
hal yang mau gua sampein ke lo nih penting. Kita ke toilet dulu deh mending. Biar
ga ketauan.”
“Penting
apa? O … Oke deh…”
Ardhito
dan Joe berjalan ke toilet. Sesampainya di toilet…
“GUA MAU
NYAMPEIN INI BANGSAT!” Ardhito memukul tepat di hidung Joe.
“GAUSAH
DEKET-DEKETIN CEWE GUA!” Ardhito mencoba memukul untuk kedua kalinya tapi ditepis
oleh Joe. Joe memukul perut Ardhito hingga terjatuh.
“hahahahahaha.
Seharusnya lo lebih dewasa Dhit. Kalo cewek lo lebih milih gue, artinya gue
jauh lebih baik dari lo!” Joe sembari menyeka hidungnya yang berdarah
“GUA GABUTUH
PETUAH MURAHAN DARI LO!” Tiba-tiba ada seseorang yang berlari ke toilet, yaitu
sahabat sebenarnya Ardhito, yaitu Gerry menahan pukulan Ardhito.
“UDAH!. LO
BERDUA PUNYA OTAK GA SIH. KITA UDAH SUSAH BARENG DARI KITA KAYA ORANG GOBLOK DI
KAMPUS SAMPE SEKARANG KITA UDAH WISUDA. LO HARUSNYA BISA BERPIKIR DENGAN KEPALA
DINGIN DHIT. ARTINYA CEWEK LO BUKAN CEWEK YANG BAIK BUAT LO. LO JUGA JOE, LO
GABISA APA MILIH CEWEK DILUAR CIRCLE
KITA?. BENER-BENER LO JOE!” Gerry berbicara dengan nada membentak.
“UDAH LO
BERDUA PULANG SANA!” Gerry menunjuk Ardhito dan Joe.
“Silahkan
bersenang-senang pasangan peselingkuh. Tunggu tanggal mainnya!” Ardhito membetulkan
kerahnya lalu bergegas pulang.
Joe
hanya terdiam. Ardhito pulang dengan penuh kemarahan. Begitu juga Jessica,
tidak jadi lembur. Karena Joe ingin mengobati hidungnya yang berdarah. Sesampainya
dirumah Ardhito menelpon Jessica lewat aplikasi sosial media WhatsApp.
*Tutt*
“Makasih ya Jes udah hancurin hidup gue, harapan gue,
percintaan gue dan persahabatan gue. Apalagi yang mau lo ancurin?”
“Apasih
dhit. Bener kata Joe. Harusnya lo lebih dewasa, gausah pake kekerasan ke Joe
bisa kan?” Jessica membela diri.
“Ya ga sama
sahabat gue juga kali Jessica ya tuhan. Lo kan bisa selingkuh sama temen kerja
atau sama tetangga atau sama adek-adekan lo atau sama buyut lo kan. “ Ardhito
berbicara dengan emosi dan tegas.
“Pokoknya
gua lebih memilih Joe daripada lo!”
“Silahkan.
Gue ga memohon apapun dari cewek peselingkuh!”
“EH KALO
NGOMONG….” *Tutt Tutt* Ardhito mematikan telponnya.
Ardhito pun harus tetap bekerja
secara professional selama 5 tahun, satu ruangan bersama Jessica. Ardhito tidak
boleh keluar sebelum 5 tahun atau Ardhito bisa terjerat hukum. Ardhito tidak
menyangka. Yang awalnya Ardhito sangat bahagia sekali bisa bekerja satu ruangan
bersama Jessica, bisa berubah 180 derajat. Ruangan itu bagaikan neraka di dunia
bagi Ardhito selama 5 tahun kedepan. Satu tahun berlalu, Ardhito sama sekali
tidak pernah berbicara apapun kepada Jessica selain urusan pekerjaan. Setiap
Ardhito berpas-pasan dengan Jessica, Ardhito tidak pernah menyapa. Bahkan saat Jessica
menyapa Ardhito terlebih dahulu.
“Dhit.”
Jessica ingin bicara dengan Ardhito
*Ardhito
langsung ingin pergi*
“Dhit!,
tunggu dulu. Maafin gue soal kejadian tahun lalu. Gue tau gue salah. Tapi, gue
rasa kita gaperlu musuhan selama ini. Gue rasa ini cukup.”
“udah kan?
gaada kepentingan lain? gua mau pulang.”
“Tunggu, ini
ada undangan buat lo.” Jessica memberikan undangan ke Ardhito.
“Undangan?”
Ardhito mengambil undangan tersebut.
“Iya
undangan”
“Undangan
nikah?” Ardhito bertanya-tanya.
“Iya, bulan
depan gue sama Joe mau nikah. Gue rasa lo perlu dateng buat acara ini. Karna Joe
adalah sahabat lo. Gue gamau persahabatan kalian rusak gara-gara gue.”
*Ardhito
langsung pergi*
“Dhit!
Ardhito!” Jessica teriak memanggil Ardhito.
Ya betul. Married.
Orang yang pernah Ardhito cintai menikah dengan lelaki lain. Hari Penantian itu
datang juga. Penantian untuk mengganti sosok yang lebih baik lagi. Yang setia
dan tulus mencintai Ardhito. Ardhito tidak datang ke pernikahan Joe dan
Jessica. Karena, Ardhito takut merusak acara pernikahan mereka. Ardhito takut
tiba-tiba menonjok hidung Joe yang sudah miring karna Ardhito. Di tahun ke-2 Jessica
bekerja, Jessica melahirkan seorang anak di rumah sakit tempat Ardhito dan
Jessica bekerja. Sembari Joe menjenguk istrinya, yaitu Jessica, Joe juga menghampiri
Ardhito.
*Joe
mencolek Ardhito dari belakang*
“Dhit.”
“Lu lagi, mau
ancurin hidup gua apa lagi? Mau ancurin pekerjaan gue?” Ardhito sedikit emosi
melihat muka joe.
“No, please forgive me. Gue dateng kesini
baik-baik. Minggu depan gue mau adain syukuran dirumah gue atas kelahiran buah
hati gue. Gue harap lo dateng. Gerry udah gue undang.”
“ … Liat
minggu depan. Semoga gue ga miringin tulang idung lo lagi pas acara syukuran
anak lo.”
“Dateng ya
Dhit, gue mohon persahabatan kita jangan berhenti karena hal ini” Joe menepuk
pundak Ardhito dan pergi.
Selama
seminggu Ardhito menenangkan diri. Akhirnya Ardhito mulai menerima semuanya.
Ardhito memaafkan Joe. Ardhito datang ke syukuran kelahiran anak Joe dan
Jessica. Kebahagiaan keluarga kecil Joe dan Jessica persis seperti yang
dibayangkan Ardhito sebelumnya. Memiliki anak kecil, seru dan sangat
menggemaskan. Hanya saja, kepala keluarganya yang berbeda. Yaitu, Joe.
Follow IG & Twitter: @afrizadinulhaq
Follow IG & Twitter: @afrizadinulhaq
Comments
Post a Comment